SEKBER BURUH, Jakarta - Kini kaum buruh sedang mempersiapkan konsolidasi nasional dengan nama “Komite Persiapan Konsolidasi Nasional”.
Gerakan ini dibuat untuk memenangkan tuntutan kenaikan upah minimum secara nasional minimal 50% dan dan memastikan pemerintah tidak memberlakukan sistem kerja kontrak & outsourcing.
Namun bekerja di bawah sistem kapitalisme, tidak memposisikan sebagai manusia seutuhnya. Mereka bekerja di bawah kendali dan tekanan oleh para pemilik modal (pengusaha).
Dengan menerapkan politik upah murah, serta mempraktekan sitem kerja kontak dan outsourcing, para pengusaha hendak memperkaya diri sendiri.
Bukan kesejahteraan yang didapat oleh buruh, melainkan penindasan yang tiada tara. Kita ketahui bahwa perkembangan kapitalisme telah mempersempit sekat-sekat antara kaum buruh dan pelajar-mahasiswa.
Sebab kapitalisme tidak hanya menindas buruh yang ada di pabrik, melainkan ia telah menyulap pendidikan menjadi “lembaga industri”.
Jika pelajar-mahasiswa adalah ‘calon buruh,’ maka sudah selayaknya gerakan pelajar-mahasiswa saat ini mengambil posisi yang inheren dengan gerakan buruh.
Senang tidak senang, perjuangan kaum buruh menuntut upah layak dan penghapusan sistem kerja kontrak outsourching akan berdampak pada calon buruh ke depan.
Sehingga posisi yang harus diambil oleh gerakan pelajar-mahasiswa adalah mendukung dan terlibat dalam perjuangan kaum buruh tersebut.
Maka secara konkrit, kami dari Serikat Mahasiswa Indonesia berposisi terlibat dalam Konsolidasi Nasional pada 30 September 2014 untuk mempersiapkan Mogok Nasional serta membangun dan memperkuat konsolidasi gerakan pelajar-mahasiswa yang berelasi dengan gerakan mogok nasional.
Azmir Zahara Ketua Umum Serikat Mahasiswa Indonesia
Gerakan ini dibuat untuk memenangkan tuntutan kenaikan upah minimum secara nasional minimal 50% dan dan memastikan pemerintah tidak memberlakukan sistem kerja kontrak & outsourcing.
Namun bekerja di bawah sistem kapitalisme, tidak memposisikan sebagai manusia seutuhnya. Mereka bekerja di bawah kendali dan tekanan oleh para pemilik modal (pengusaha).
Dengan menerapkan politik upah murah, serta mempraktekan sitem kerja kontak dan outsourcing, para pengusaha hendak memperkaya diri sendiri.
Bukan kesejahteraan yang didapat oleh buruh, melainkan penindasan yang tiada tara. Kita ketahui bahwa perkembangan kapitalisme telah mempersempit sekat-sekat antara kaum buruh dan pelajar-mahasiswa.
Sebab kapitalisme tidak hanya menindas buruh yang ada di pabrik, melainkan ia telah menyulap pendidikan menjadi “lembaga industri”.
Jika pelajar-mahasiswa adalah ‘calon buruh,’ maka sudah selayaknya gerakan pelajar-mahasiswa saat ini mengambil posisi yang inheren dengan gerakan buruh.
Senang tidak senang, perjuangan kaum buruh menuntut upah layak dan penghapusan sistem kerja kontrak outsourching akan berdampak pada calon buruh ke depan.
Sehingga posisi yang harus diambil oleh gerakan pelajar-mahasiswa adalah mendukung dan terlibat dalam perjuangan kaum buruh tersebut.
Maka secara konkrit, kami dari Serikat Mahasiswa Indonesia berposisi terlibat dalam Konsolidasi Nasional pada 30 September 2014 untuk mempersiapkan Mogok Nasional serta membangun dan memperkuat konsolidasi gerakan pelajar-mahasiswa yang berelasi dengan gerakan mogok nasional.
Azmir Zahara Ketua Umum Serikat Mahasiswa Indonesia
No comments