Keluarga nelayan tradisional |
"Awalnya kita ada 17 orang dalam kelompok nelayan, namun semenjak dinaikkannya harga BBM tidak ada lagi nelayan yang melaut" ujar Kasman, Jum'at, (21/11/14).
Warga Jalan Marunda Pitung RT 03/RW 07 itu mengaku, sudah berusaha melaporkan hal tersebut kepada Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan (P2K) dan dinas terkait lainnya. Namun, upaya tersebut tak membuahkan hasil. Pemerintah pun seolah tak memberikan solusi.
Kasman menuturkan, kelompok nelayan tersebut terancam bubar lantaran kebijakan kenaikan BBM yang semakin mempersulit kaum kecil terutama nelayan. "Mending dibubarin saja kelompok nelayan ini, soalnya kenaikan BBM bikin susah nelayan," ucapnya kesal.
Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mencemaskan dampak kenaikan harga BBM subsidi terhadap para nelayan tradisional bahkan sebelum kenaikan itu resmi diumumkan.
"Nelayan tradisional dirugikan akibat isu harga BBM naik," kata Sekretaris Jenderal Kiara, Abdul Halim, di Jakarta, Jumat.
Menurut Abdul Halim, pemberitaan mengenai rencana kenaikan BBM beberapa hari terakhir telah berdampak kepada meningkatnya harga kebutuhan pokok bagi keluarga nelayan tradisional di berbagai daerah di Indonesia.
Ironisnya, ujar dia, kenaikan harga kebutuhan tersebut tidak diikuti dengan meningkatnya harga hasil tangkapan ikan mereka. "Bahkan pada komunitas nelayan tradisional yang hanya memasok komunitas tertentu mengalami penurunan pendapatan akibat turunnya jumlah pembelian ikan," katanya.
Ia berpendapat, kehidupan nelayan
tradisional di sejumlah daerah sulit memenuhi kebutuhan hidup antara
lain karena semua bahan pokok mengalami kenaikan antara Rp1.000-Rp5.000
per kilogram atau per liter.
Sedangkan di sisi lain, lanjutnya, pendapatan para nelayan tradisional tidak mengalami peningkatan yang signifikan karena harga ikan relatif tidak ada perubahan.
"Pemasukan rata-rata keluarga nelayan tradisional Tarakan Rp2.000.000 per bulan. Sementara itu, penghasilan nelayan Bengkalis hanya Rp1.500.000 per bulan. Lebih parah lagi nelayan tradisional Gresik, mereka hanya mendapatkan Rp750.000 per bulan," kata Abdul Halim.
Ia memaparkan, dengan jumlah tersebut keluarga nelayan harus memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan pendidikan dan kesehatan keluarga mereka dengan komposisi rata-rata setiap keluarga sekitar 3 - 6 orang.
No comments